St. Stefanus

St. Stefanus (December 26th)

Stefanus arti-nya Mahkota.

Stefanus adalah pengikut Kristus yang pertama yang menerima mahkota kemartiran. Pada masa Gereja Perdana, Stefanus merupakan seorang Diakon. Kita dapat membaca kisah-nya dalam kitab Kisah Para Rasul bab 6 dan 7. Di kisah-kan, Petrus dan para rasul lain-nya menyadari bahwa mereka membutuh-kan para penolong untuk mengurus para janda serta kaum miskin. Oleh sebab itu, mereka mentahbis-kan tujuh orang diakon. Stefanus adalah yang paling terkenal dari antara mereka.

Tuhan mengadakan banyak mujizat melalui Stefanus. Stefanus berbicara dengan hikmat dan karunia yang membuat banyak dari para pendengar-nya menjadi pengikut Yesus. Para musuh Gereja Yesus merasa geram melihat betapa berhasil-nya khotbah Stefanus. Pada akhir-nya, mereka bersekongkol untuk melawan dia. Mereka tidak dapat membantah perkataan-perkataan-nya yang bijaksana, maka mereka memerintah-kan beberapa orang untuk bersaksi dusta terhadap-nya. Saksi-saksi palsu itu mengata-kan bahwa Stefanus telah berbicara hujat terhadap Tuhan. Stefanus pun menghadapi gerombolan para musuh-nya yang banyak itu tanpa rasa takut. Lebih lagi, Kitab Suci mengata-kan bahwa wajah-nya menjadi serupa dengan wajah Malaikat.

Stefanus berbicara tentang Yesus, menunjuk-kan bahwa Yesus adalah Juruselamat yang dijanji-kan Tuhan. Stefanus mencela para musuh-nya karena tidak percaya kepada Yesus. Mendengar hal tersebut, mereka menjadi amat marah serta berteriak-teriak kepada-nya. Akan tetapi, Stefanus memandang ke langit dan berkata bahwa ia melihat langit terbuka dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Para musuh-nya menutup telinga mereka dan tidak mau mendengar-nya lebih lanjut. Mereka menyeret St. Stefanus ke luar kota Yerusalem dan melempari-nya dengan batu hingga mati. Orang kudus itu berdoa, “Tuhan Yesus, terima-lah ROH-Ku !!” Kemudian ia berlutut serta memohon kepada Tuhan untuk tidak menghukum para musuh yang membunuh-nya. Setelah pernyataan kasih yang sedemikian besar itu, Stefanus pergi untuk menerima ganjaran surgawi.

No comments:

Post a Comment